Pengertian
secara
klinis infark akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) sangat mirip dengan angina tidak
stabil. Yang membedakan adalah adanya enzym petanda jantung yang positif.
Patofisiologi
NSTEMI
dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah,
fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak
yang yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan
proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat
dijumpai sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi.
Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti TNFa,
dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.
Manifestasi klinik
Nyeri
dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium dengan ciri
seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan
pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang
memiliki gejala dengan onset baru angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih
baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat. Walaupun
gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui dengan
baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang
lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
Pada pemeriksaan Elektro Kardiogram
(EKG)
Segmen
ST merupakan hal penting yang menentukan risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI) III
Registry, adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupkan prediktor
outcome yang buruk. Kaul et al.
menunjukkan peningkatan resiko outcome
yang buruk meningkat secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST
maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi prognosis
pasien-pasien dengan NSTEMI.
Pemeriksaan Laboratorium
Troponin
T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dari pada
CK dan CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin pada darah perifer setelah
3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu.
Stratifikasi Resiko
Penilaian
klinis dan EKG, keduanya merupakan pusat utama dalam pengenalan dan penilaian
risiko NSTEMI. Jika ditemukan resiko tinggi, maka keadaan ini memerlukan terapi
awal yang segera. Karena NSTEMI merupakan penyakit yang heterogen dengan
subgrup yang berbeda, maka terdapat keluaran tambahan yang berbeda pula.
Penatalaksanaan sebaiknya terkait pada faktor resikonya.
Skor Resiko
Insiden keluaran yang buruk (kematian, (re) infark miokard,
atau iskemia berat rekuren) pada 14 hari berkisar antara 5% dengan risiko 0-1,
sampai 41% dengan skor risiko 6-7. Skor resiko ini berasal dari analisis
pasien-pasien pada penelitian TIMI IIB dan telah divalidasi pada empat
penelitian tambahan dan satu registry, terdapat banyak bukti yang menunjukkan
disfungsi ginjal berhubungan dengan peningkatan resiko keluaran yang buruk.
Beberapa penelitian seperti Platelet
Receptor Inhibition Ischemic Syndrome Management in Patien Limited by Unstable
Sign and Symptom (PRISM-PLUS). Treat
Angina with Aggrastat and Determine Cost of Therapy with invasive or
Conservative Strategy (TACTICS)-TIMI 18, DAN Global Use Strategies to Open Ocluded Coronary Arteries (GUSTO)
IV-ACS, kesemunya menunjukkan pasien-pasien dengan kadar klirens kreatinin yang
lebih rendah memiliki gambaran resiko yang lebih besar dan keluaran yang kurang
baik. Walaupun strategi invasive banyak bermanfaat pada pasien disfungsi
ginjal, namaun memiliki resiko perdarahan lebih banyak. Karena “molekul kecil”
inhibitor GP IIb/IIIa dan LMWH diekskresikan lewat ginjal.
Newby et al. mendemonstrasikan bahwa strategi bedside
menggunakan mioglobin, creatinin kinase MB dan Troponin I memberikan
stratifikasi risiko yang lebih akurat dibandingkan jika menggunakan petanda
tunggal berbasis laboratorium. Sabatin et al. Mempertimbangkan 3 faktor
patofisiologi yang terjadi pada UA /NSTEMI yaitu :
- Ketidaksetabilan
plak dan nekrosis otot yang terjadi akibat mikroembolisasi
- Inflamasi
vaskuler
- Kerusakan
ventrikel kiri
Masing-masing dapat dinilai secara
independen berdasarkan penilaian terhadap petanda-petanda seperti cardiac-spesific troponin. C-reactive
protein dan brain natriuretic
peptide, berturut-turut. Pada penelitian TACTICS-TIMI 18, dimana resiko
relative, mortalitas 30 hari pasien dengan bio marker 0, 1, 2, dan 3 semakin
meningkat berkali lipat 1,2. 1,5. 7, dan 13,0 berturut-turut. Pendekatan
petanda laboratorium sebaiknya tidak digunakan sendiri-sendiri tapi seharusnya
dapat memperjelas penemuan klinis.
Penatalaksanaan
Harus Istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna
pemantauan segmen ST dan irama jantung.
Empat
komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI
yaitu :
·
Terapi
antiiskemia
·
Terapi
anti platelet/antikoagulan
·
Terapi
invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi),
·
Perawatan
sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS.
Terapi
Terapi
Antiiskemia
o Nitrat ( ISDN )
o Penyekat Beta
0 Response to "Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.