Pneumonia dan infeksi saluran nafas bawah lainnya merupakan salah
satu penyebab kematian terbanyak didunia. Karena pneumonia sering menyebabkan
peningkatan mortalitas dan morbiditas pada anak, penegakan diagnosis yang
tepat, mengetahui kondisi penyakit dengan benar dan mengetahui adanya
komplikasi, serta kesesuaian terapi merupakan seseuatu yang penting.
Pneumonia menyebabkan 5 juta kematian pada
anak-anak usia dibawah 5 tahun pada negara berkembang. Menurut perkiraan, pada
tahun 1990, total kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun sebanyak 12,9 juta.
Dari total kematian anak dibawah 5 tahun tersebut, lebih 3,6 juta kematian
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut yang sebagian besar merupakan
pneumonia. Hal ini menempatkan pneumonia sebagai penyebab tunggal terbesar
kematian pada anak-anak, yaitu sebesar 28%. Di Malaysia, prevalensi infeksi
saluran pernapasan akut pada anak-anak usia dibawah 5 tahun diperkirakan
sebesar 28% - 39,3%.
Berat badan lahir rendah, malnutrisi,
kolonisasi nasofaringeal, faktor lingkungan yang buruk dan asap rokok merupakan
faktor resiko terjadinya pneumonia. Dua penelitian lokal menunjukkan, pada anak
yang dirawat dengan infeksi saluran napas bawah mengindentifikasikan bahwa
faktor-faktor berikut merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia:
1. Berat
badan dibawah normal
2. Tidak
mendapatkan ASI yang cukup
3. Tidak
mendapatkan imunisasi lengkap
4. Adanya
anggota keluarga dalam satu rumah yang mengalami batuk
5. Tempat
tidur yang terlalu ramai
Sedangkan berdasarkan kebanyakan studi,
penyebab spesifik pneumonia tidak dapat diidentifikasi (40-60 % kasus).
MEKANISME PERTAHANAN PARU
Jalan
napas merupakan daerah pada tubuh manusia yang memiliki kontak dengan atmosfir
yang terkontaminasi mikroorganisme. Namun, saluran napas bagian bawah yang normal adalah steril, dan
jarang terjadi infeksi saluran pernapasan bagian bawah karena adanya sistem
atau mekanisme pembersihan.
Mekanisme pembersihan
tersebut adalah :
1. Sistem
Siliaris
Pada
mukosa bronkus pada sistem trakeobronkial dilapisi oleh epitel batang bersilia,
dan bronkus distal dilapisi epitel kubus bersilia. Silia-silia tersebut bergerak
secara sinkron membentuk pergerakan yang mengantarkan partikel-partikel yang
menempel ke arah atas jalan napas. Sistem elevator ini membersihkan jalan napas
dengan menangkap kontaminan menggunakan mukus yang dihasilkan oleh sel goblet
dan mengantarkan mukus ke atas dan keluar dari jalan napas menuju tenggorokan,
dimana normalnya sekret tersebut akan tertelan. Dismorfik silia kongenital
menyebabkan ketidaksinkronan kerja silia, dan inefektifnya fungsi silia,
sehingga mudah terjadi infeksi kronik pada jalan napas, menyebabkan
bronkiektasis dan massa alveolar.
2. Fagosit
Terdapat
dua tipe sel fagosit pada paru, yaitu netrofil polimorfonuklear dari darah dan
makrofag jaringan, dimana kedua jenis sel fagosit tersebut mampu menangkap dan
membunuh mikroorganisme. Secara bersama-sama mereka melindungi paru dari
organisme patogen yang dapat difagosit tanpa opsonisasi dna patogen dengan
virulensi tinggi yang membutuhkan antibodi dan komplemen untuk opsonisasi
sebelum ditangkap. Deplesi dari sel-sel ini akan menyebabkan terjadinya
penyakit atau abnormalitas granulosit kongenital atau sebagai efek samping
pengobatan sebagai faktor resiko terjadinya infeksi saluran napas bawah.
3. Sistem
imun humoral
Sekresi
IgA pada cairan di saluran napas atas penting sebagai proteksi permukaan mukosa
dalam melawan infeksi invasif, terutama netralisasi viral. Pada jalan napas
perifer, IgM dan IgG penting untuk bakteriolisis, sebagai opsonins, dan
netralisasi toksin. Hipogammaglobulinemia, defisiensi IgA dan
disgammaglobulinemia berhubungan peningkatan faktor resiko infeksi saluran
napas bawah.
4. Limfosit
T
Paru-paru
memiliki sel T yang diproduksi di nodus limfe pada kavitas thoraks. Defisiensi
sel T menyebabkan infeksi akibat adanya patogen oportunistik yang secara normal
dikendalikan oleh imunitas yang diperantarai sel, contohnya: Aspergillus,
P. Carinii, CMV, dan mikobakterium nontuberculosa.
DEFINISI
Pneumonia merupakan infeksi akut dari
parenkim paru, sedangkan bronkopneumonia adalah suatu inflamasi akut dari
bronkiolus terminal dan alveoli peribronkiolar.3 Peradangan
dan bercak konsolidasi pada bronkopneumonia terjadi pada satu atau
lebih lobus paru, biasanya disebabkan aspirasi dari orofaring. Eksudat
netrofilik memenuhi bronkus dan bronkiolus, dengan penyebaran sentrifugal ke
alveoli.
ETIOLOGI
Penyebab pneumonia/bronkopneumonia pada anak dapat
dilihat berdasarkan usia anak.
Tabel Etiologi Pneumonia/Bronkopneumonia berdasarkan usia anak4
Age
Group
|
Frequent
Pathogens (in
Order of Frequency)
|
1–3
months
|
Chlamydia
trachomatis
|
Respiratory
syncytial virus
|
|
Other
respiratory viruses
|
|
3–12
months
|
Respiratory
syncytial virus
|
Other respiratory viruses
|
|
Streptococcus pneumonia
|
|
Haemophilus influenzae (type
b, nontypeable)
|
|
C. trachomatis
|
|
Mycoplasma pneumonia
|
|
2–5 years
|
Respiratory viruses
|
S. pneumonia
|
|
H. influenzae type b
|
|
M. pneumonia
|
|
Chlamydia pneumonia
|
|
5–18 years
|
M. pneumonia
|
S. pneumonia
|
|
C. pneumonia
|
|
H. influenzae type b
|
|
Influenza viruses A and B
|
|
Adenoviruses
|
|
Other respiratory viruses
|
(Sumber: Baltimore RS, Jenson HB. Pneumonia. Dalam: Pediatrics Infectious
Disease Principle and Practice. Edisi kedua. Philadelphia: W.B Saunders
Company, 2002)
PATOFISIOLOGI
Pneumonia ditandai dengan adanya inflamasi
pada alveolus dan bronkiolus terminalis sebagai respon terhadap agen infeksius
yang memasuki paru-paru melalui penyebaran hematogen atau inhalasi. Kaskade
inflamasi memicu kebocoran plasma dan hilangnya surfaktan, menyebabkan
berkurangnya udara dan konsolidasi. Aktivasi respon inflamasi menyebabkan
migrasi fagosit dengan disertai pengeluaran substansi toksin dari granul dan
sel mikrobicidal lainnya dan menginisiasi kaskade yang kurang teregulasi
(misalnya komplemen, koagulasi, dan sitokin). Kaskade-kaskade ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dan integritas endotel dan epitel, hemostasis
intravaskular, serta aktivasi dan migrasi fagosit ke fokus inflamasi.
Terjadinya apoptosis (kematian sel
noninflamasi terprogram) pada pneumonia belum dapat dimengerti sepenuhnya.
Kerusakan pulmonal dapat disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh
invasi mikroorganisme atau material asing dan oleh respon dari sistem
pertahanan inang yang dapat merusak jaringan sehat.
Kerusakan langsung akibat invasi agen
biasanya disebabkan oleh sintesis dan sekresi enzim mikroorganisme, protein,
lipid toksik, dan toksin yang menghancurkan membran sel iang, matriks
ekstraseluler yang bertujuan menghambat migrasi mikroorganisme. Kerusakan tidak
langsung disebabkan oleh molekul yang disekresikan, seperti endotoksin,
leukosidin dan toksin syok sindrom-1 (toxic shock syndrome toxin-1/TSST-1),
bahan-bahan tersebut memicu perubahan vasomotor lokal, menyebabkan perubahan
karakteristik perfusi jaringan dan secara umum mengganggu pengiriman oksigen
dan nutrisi.
Pada tingkat makroskopik, agen invasiv dan
pertahanan inang menyebabkan peningkatan tonus otot polos pada jalan napas,
sekresi mukus, dan keluarnya sel-sel inflamasi dan debris dalam sekresi.
Bahan-bahan tersebut menyebabkan peningkatan resistensi jalan napas, dan
menyebabkan penyumbatan jalan napas, baik parsial maupun total, sehingga
terjadi atelektasis. Sebagai tambahan, disrupsi endotel dan epitel alveoli
menyebakan inaktivasi surfaktan oleh eksudat proteinaseus.
MANIFESTASI
KLINIS
Pada bronkopneumonia
biasanya ditandai dengan nyeri kepala, malaise, demam, rinorea, dan nyeri
tenggorok yang mulai sedikit demi sedikit dengan penurunan progresif gejala
pernapasan bawah, termasuk suara serak dan batuk. Batuk biasanya memburuk
selama sakit minggu kedua, dan perlahan menghilang pada minggu ke 3-4. Batuk
mulanya nonproduktif, namun pada anak yang lebih tua dan remaja, dapat
menghasilkan sputum berwarna putih berbusa.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan
fisik berguna dalam menilai tingkat keparahan infeksi dan status respirasi.
Umur merupakan pembeda dalam temuan fisik pada pasien karena pada neonatus,
mungkin hanya sedikit atau tidak ada sama sekali tanda klinis pneumonia. Banyak
tanda dan gejala nonspesifik seperti demam dan sianosis perifer mungkin
menunjukkan pneumonia. Pada kebanyakan kasus, infeksi saluran napas bagian
bawah pada bayi dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik, menggunakan
parameter suhu tubuh (>39oC atau <35 sup="">o35>
C) dan tanda
objektif distres pernapasan.
Dalam pemeriksaan fisik penderita
bronkhopneumonia ditemukan adanya tanda-tanda distres
pernapasan, berupa retraksi maupun frekuensi pernapasan yang cepat.
a. Frekuensi pernapasan yang cepat. Frekuensi pernapasan yang cepat dapat
disebabkan oleh inflamasi pada jalan napas, sehingga menyebabkan obstruksi,
atau pada pneumonia, menyebabkan pertukaran gas yang inadekuat dan terjadinya
hipoksia. Penyebab takipneu nonpulmonal antara lain gangguan metabolik dan
asidosis, penyakit jantung dan demam tinggi.
b. Retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal dan napas cuping hidung. Tanda objektif yang merefleksikan adanya
distres pernapasan adalah retraksi dinding dada, penggunaan otot tambahan,
nafas cuping hidung, dan grunting. Pada
bayi, apneu dapat menjadi tanda yang pertama muncul pada pneumonia.
c. Pada
palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang kecil pada
paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih
terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (konsolidasi meluas) maka transmisi energi vibrasi akan
bertambah.
d. Pada
perkusi dapat
ditemukan daerah yang sonor memendek/redup. Ditemukannya
daerah perkusi yang sonor memendek maupun redup dapat menandakan adanya
infiltrat lobaris atau segmental atau cairan pleura.
e. Pada
auskultasi dapat
normal maupun terdengar ronki.
Auskultasi
akan terdengar normal pada tahap awal penumonia atau pada pneumonia fokal.
Namun, dengan terdapatnya ronki, maka akan membantu mendeteksi adanya pneumonia
dan membantu mengetahui lokasinya.
PART I
0 Response to "Pneumonia Pada Anak"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.