Miringoplasti adalah

Latar Belakang
Survei nasional di Indonesia menunjukkan bahwa angka kesakitan telinga hidung dan tenggorok di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas yang tinggi pada kasus telinga dan gangguan dengar yaitu 18,5% dengan prevalensi OMSK sebesar 2,1-5,2%. Hal ini menggambarkan bahwa sekitar 8-12 juta masyarakat Indonesia menderita tuli konduktif berbagai tingkatan akibat OMSK, baik pada satu maupun kedua telinganya. Prevalensi OMSK yang tinggi ini menunjukkan bahwa
masalah kesehatan indera pendengaran di Indonesia merupakan hal yang penting untuk mendapat penanganan segera dan terpadu.
Salah satu cara untuk mengatasi perforasi membran timpani yang menetap akibat gejala sisa OMSK adalah pembedahan rekonstruksi telinga tengah yang dikenal dengan istilah timpanoplasti, yaitu suatu prosedur pembedahan rekonstruksi mekanisme konduksi suara, disertai atau tidak disertai oleh penanduran membrane timpani. Apabila prosedur rekonstruksi tersebut dilakukan terbatas hanya untuk memperbaiki perforasi membran timpani saja, maka prosedur rekonstruksi ini menurut Zollner dan Wullstein disebut timpanolasti tipe I atau miringoplasti.
Sejak diperkenalkannya timpanoplasti tahun 1952 oleh Zollner dan Wullstein, banyak material tandur dan metode penempatannya dilakukan untuk menutup perforasi membran timpani. Termasuk diantaranya timpanoplasti medial (underlay), timpanoplasti lateral (overlay), timpanoplasti sandwich film, timpanoplasti Crowncork, timpanoplasti swinging door, laser-assisted spot welding technique, fascia pegging, dan teknik mikroklip.
Di antara semua teknik, yang paling popular untuk menutup perforasi membran timpani adalah teknik medial dan lateral. Keuntungan teknik medial adalah menghindari risiko lateralisasi dan blunting pada sulkus anterior dan memiliki angka keberhasilan tinggi terutama pada perforasi membran timpani posterior. Kerugian teknik ini adalah tidak terdapatnya visualisasi yang adekuat pada daerah anterior telinga tengah terutama bila dilakukan dengan pendekatan transkanal, kemungkinan jatuhnya tandur anterior ke dalam kavum timpani dan reduksi ruang telinga tengah dengan konsekuensi meningkatnya risiko adhesi tandur pada promontorium terutama pada perforasi anterior dan subtotal. Penelitian lain melaporkan keberhasilan miringoplasti dengan teknik medial (underlay) sebesar 92% dari 96 kasus miringoplasti dengan pendekatan transkanal.

Definisi Miringoplasti
Miringoplasti adalah prosedur pembedahan rekonstruksi yang terbatas memperbaiki perforasi membran timpani dengan rantai tulang pendengaran utuh, mobil, tidak terdapat jaringan patologik telinga tengah. Pada tandur lateral, kegagalan operasi berupa lateralisasi membran timpani serta anterior sulcus blunting yang menyebabkan kontak neomembran dengan rantai tulang pendengaran tidak adekuat. Pada tandur medial, kegagalan operasi disebabkan oleh reperforasi anterior membran timpani. Teknik tandur mediolateral yang merupakan gabungan kedua teknik ini diharapkan dapat mengatasi kegagalan.
Miringoplasti adalah suatu prosedur tindakan terhadap perforasi membran timpani yang disebabkan oleh trauma atau infeksi, dimana dilakukan pemasangan graft pada membran timpani tanpa melakukan pembedahan pada liang telinga dan telinga tengah.Atau semua rekonstruksi membran timpani yang tidak berhubungan dengan osikuloplasti atau dengan kata lain disebut juga timpanoplasti tanpa rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran.
Miringoplasti merupakan prosedur pembedahan yang dirancang khusus untuk menutup perforasi/lubang membran timpani atau gendang telinga. Ini merupakan prosedur yang sering dilakukan dan membutuhkan metode yang sangat teliti dimana ahli bedah THT tidak hanya bertindak sebagai “tukang tempel” saja. Pembedahan ini bertujuan mengembalikan fungsi membran timpani (MT) sebagai reseptor gelombang suara.

Jenis Miringoplasti
1.Miringoplasti medial
adalah miringoplasti dengan tandur ditempatkan pada bagian permukaan medial dari maleus dan sisa membran timpani yang telah dilukai kembali bagian tepinya.
2.Miringoplasti lateral
adalah miringoplasti dengan tandur ditempatkan lateral dari anulus dan sisa membran timpani yang telah dilukai kembali bagian tepinya.
3.Miringoplasti mediolateral
adalah miringoplasti dengan tandur ditempatkan di bagian medial pada setengah bagian posterior perforasi membran timpani dengan tepinya yang sudah dilukai kembali, termasuk prosesus longus maleus, sertaditempatkan lateral pada setengah perforasi bagian anterior.

Keberhasilan miringoplasti
1. Tandur tumbuh serta menempel sempurna pada sisa membran timpani.
2. Terdapat peningkatan pendengaran konduktif  10 dB pada nada bicara ( 500,
1.000 dan 2.000 Hz).

Pemeriksaan Pascabedah
Bulan ke-I:
· Penderita diharuskan datang pada hari ke-7 pascabedah untuk dilakukan pembukaan jahitan retroaurikuler dan untuk melihat keadaan kanalis akustikus eksterna dan melihat kemungkinan adanya infeksi.
· Satu minggu kemudian penderita datang kembali untuk membersihkan spongostan dari kanalis akustikus eksterna.
· Tiga minggu pasca operasi dilakukan kembali pembersihan sisa-sisa spongostan dari kanalis akustikus eksterna.
·  Kontrol pada minggu ke-4 pascabedah dilakukan evaluasi terhadap: keadaan membran timpani yang baru dan pengukuran audiometri nada murni.
Bulan ke-II:
· Pada akhir minggu ke-8, penderita kontrol kembali untuk dilakukan evaluasi terhadap:
1. Keadaan membran timpani yang baru.
2. Pengukuran audiometri nada murni.

Bulan ke-III:
Pada akhir minggu ke-12 penderita kontrol kembali untuk dilakukan evaluasi:
1.      Keadaan membran timpani.
2.      Pengukuran audiometrik nada murni.

Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan fungsi pendengaran dilakukan pada saat prabedah dan kontrol bulan ke-1, 2, dan 3 pascabedah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat audiometer yang sama (tipe DA – 2A Diagnostic Audiometer/1992) untuk setiap pemeriksaan dan telah dilakukan kalibrasi sebelumnya
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan dilakukan oleh satu operator (perawat terlatih audiometri). Sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri diperiksa dulu bising lingkungan.
 Cara pemeriksaan bising lingkungan:
Bising lingkungan diperiksa dengan alat sound level meter portabel yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Bising diukur pada lima titik ruangan (empat di masing-masing sudut ruangan dan satu di tengah ruangan), hasil rata-rata pemeriksaan dicatat. Sebelumnya ruangan pemeriksaan dicatat luas dan jarak dengan sumber bising yang ada.
Apabila hasil rata-rata pemeriksaan dibawah ambang bising lingkungan yang diperbolehkan untuk pemeriksaan audiometri skrining (yaitu tidak lebih dari 41,5 dBA (ambient) pada frekuensi 500 Hz sampai 47,5 dBA pada frekuensi 4000 Hz), baru pemeriksaan audiometri boleh dilakukan.
 Cara pemeriksaan audiometri:
Subjek duduk di depan kiri menghadap minimal 30 derajat dari posisi pemeriksa. Subjek diberi instruksi secara singkat dan sederhana yaitu setiap kali terdengar nada (bunyi tut atau bip) pada satu telinga, beberapa kali secara berurutan, subjek harus bertepuk tangan satu kali atau angkat tangan. Yang diperiksa hantaran udara (AC) terlebih dahulu. Pemeriksaan dimulai pada frekuensi 1.000 Hz kemudian dinaikkan sampai 8.000 Hz, turun ke frekuensi 500 Hz, 250 Hz, dan 125 Hz. Lalu dilakukan pengecekan ulang pada 1.000 Hz sebelum pemeriksaan dilanjutkan pada telinga ke-2.
Intensitas bunyi awal 50 atau 60 dB. Bila ada respon diturunkan 10 dB sampai tidak terdengar, lalu dinaikkan 5 dB setiap kali untuk memperoleh ambang terendah (turun 10 dB, naik 5dB), dilakukan hal yang sama pada frekuensi lainnya. Pemeriksaan hantaran tulang (bone conduction) dilakukan bila hantaran udara meningkat. Dipasang vibrator pada prosesus mastoideus subjek dengan sedikit penekanan. Pemeriksaan sama seperti pada hantaran udara, tetapi frekuensi dan intensitasnya terbatas (500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Hz serta hanya sampai 45 – 80
dB).

"Artikel di sadur dari beberapa sumber jurnal luar dan dalam negeri"

0 Response to "Miringoplasti adalah"

Post a Comment

Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.