Penyakit ini
disebabkan oleh baksil Clostridium Tetani yaitu bakteri gram-positif dan
bersifat anaerob (bisa berbiak di dalam lingkungan tanpa oksigen). Clostridium
Tetani yang memproduksi toksin yang yang disebut dengan tetanospamin.
Tetanospasmin menempel pada urat saraf disekitar area luka dan dibawa ke system
saraf otak serta saraf tulng belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas
normal urat saraf.
Masa
inkubasi penyakit ini antara 3-14 hari dengan gejala yang timbul di hari ke
tujuh,. Dalam neonatal tetanus gejla mulai pada 2 minggu pertama kehidupan
seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit yang berbahaya, jika dapat
di diagnosa dan mendapatkan perawatan yang benar maka penderita dapat
disembuhkan. Penyembuhan umum terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi sebgai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa
kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewsa, di anjurkan
setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya
diimmunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
Pengobatan
tetanus dilakukan dengan jalan menetralisasi toksin, membersihkan luka,
memberikan antibiotika penisilin atau tetrasiklin dan memperkuat nutrisi,
cairan serta kalori. Sebagai pencegahan, anak perlu mendapat imunisasi aktif
dan pasif. Imunisasi aktif merupakan vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid yang
diberikan bersama vaksin pertusis dan difteri. Sedangkan imunisasi pasif
diberikan dalam bentuk serum antitetanus (ATS profilaksis) pada penderita luka
yang berisiko terinfeksi tetanus.
Di Indonesia
vaksin terhadap Difteri, Pertusis, dan Tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan,
yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi
DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan
selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu sampai 5 minggu (DPT1, DPT2,
dan DPT3). Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, sebabnya
suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan
pada usia 1 – 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi
dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1
SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa
P).
Usia &
Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5
kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali
di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
Efek
Samping:
Umumnya
muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi
dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika
demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas
vaksinnya jelek, misal.
Indikasi
Kontra:
Tak dapat
diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti
epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat
karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima
vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Efek samping nya bisa bikin panik orang tuanya tuh.
ReplyDelete