Konsep resusitasi
cairan pada pasien perdarahan akut telah mengalami beberapa kali perubahan.
Pada waktu perang Korea pengganti perdarahan dilakukan semata-mata dengan
transfusi darah. Banyak kesulitan yanig dialami, selain penyediaan darah memang
sulit, transfusi sendiri perlu waktu lama dibanding apa yang kita kerjakan
sekarang dengan cairan yang dapat di berikan cepat. Dengan demikian “shock
time” berlangsung panjang dengan akibat lactic
acidosis dan cumulative oxygen debt
tinggi dan angka kematian yang tinggi.
Dari percobaan Wiggers dan pengembangan resusitasi dengan ringer laktat oleh
Tom Shires dan kawan – kawan pada waktu perang Vietnam, terjadi perubahan
prognosis berarti Ringer laktat atau cairan berisi Natrium lainnya dapat
digunakan untuk mengganti darah yang hilang sampai suatu jumlah tertentu.
Kasus-kasus
perdarahan adalah sangat bervariasi. Ada berbagai mekanisme kehilangan darah
yang pada akhirnya bermuara pada satu kesamaan yaitu syok hipovolemik.
Resusitasi cairan cepat dapat mengatasi syok ini dengan cepat atau pada banyak
kasus dimana cairan diberikan sejak awal, dapat mencegah terjadinya syok dengan
segala konsekwensi metabolik dan biomolekuler yang mengiringinya.
Penundaan
resusitasi cairan cepat akan sangat merugikan karena membiarkan syok time
berjalan lebih lama. Faktor – faktor yang selalu harus dipertimbangkan adalah
seberapa lama kita boleh mentoleransi “shock time” dan hal ini tergantung pada
fasilitas terapi definitif yang dapat kita siapkan dalam suatu waktu tertentu.
Jika shock time diramalkan dapat menjadi panjang, mungkin lebih bijaksana jika
kita memberikan resusitasi cairan dini untuk mengurangi atau menghilangkan
syok. Batas waktu (golden periode) satu jam untuk syok hendaknya menjadi
pegagan utama.
Yang dapat dipakai
sebagai ekspander / substitut volume, selain darah adalah golongan kristaloid
dan koloid. Golongan kristaloid yang paling mirip dengan cairan ektraseluler
adalah Ringer laktat. Cairan ini mempunyai kadar – kadar fisiologis sesudah infus,
setelah terjadi metabolisme hepatik laktat menjadi bikarbonat. Ringer laktat
dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar pada pasien dengan kondisi
seperti hipovolemi dengan asidosis metabolik, kombustio, sindroma syok,
komponen bikarbonat memberikan efek dapar yang dibutuhkan untuk mengatasi
asidosis.
Larutan garam
seimbang lain yang sekarang tersedia dibuat dengan memakai Natrium asetat
(Ringer Asetat) sebagai ganti laktat. Koloid dapat mengembalikan volume plasma
secara lebih efektif dan efesien dari pada kristaloid dipasarkan terdapat
berbagai macam koloid. Penentuan pilihan yang rasional hendaknya berdasarkan
fisiologi kompartemen cairan tubuh dan efek berbagai cairan intra vena terhadap
masing-masing kompartemen.
Penting pula
memahami perubahan-perubahan yang terjadi dalam kompartemen-kompartemen tersebut pada penyakit dan
cedera. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya
menghasilkan tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan
menetap dalam ruang intravaskuler. Darah dan produk darah seperti albumin
menghasilkan tekanan onkotik karena mengandung molekul protein besar. Koloid
artifial juga mengandung molekul besar seperti gelatin, dektran atau kanji
hidrosietil. Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang
intravaskuler, koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar dari pada
plasma akan menarik pula cairan keruang intravaskuler. Ini dikenal sebagai
ekspander plasma sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari pada yang
diberikan.
0 Response to "Konsep Resusitasi Cairan "
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.