Pemeriksaan Fisik
Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk
mendiagnosis adanya gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada
keadaan depresi, hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE
ditandai sesuai dengan fase tertentu dari penderita.
Penampilan
o Periode depresi : Orang yang menunjukkan
suatu periode depresi mungkin menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata.
Pakaian mereka mungkin tidak terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak
cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara
signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari
mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak
bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin
terdapat lapisan warna yang berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku
mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya. Rambut mereka juga tidak
terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka bergerak
dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka
juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.
o Episode hipomanic : Penderita ini sangat
sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan selalu kemana-mana. Mereka selalu
berencana melakukan sesuatu, sebagian mengalami perubahan tingakat energi dan suasana
hati.
o Episode manic : Pada banyak kasus, perilaku
penderita dengan fase manic menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan
penderita dengan fase depresi. Penderita fase manic menunjukkan keadaan
hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta
berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana
terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya
terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan
menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik perhatian.
Episode depresi: Kesedihan mendominasi suasana hati
seseorang dalam episode depresi. Penderita merasa sedih, tertekan,
kehilangan, kosong dan terisolasi. “2 Hs” sering menyertai suasana hati
penderita, tanpa pengahrapan dan semua terasa sia-sia.
Episode hipomanic: Suasana hati penderita meningkat,
meluas dan peka.
Episode manic: Suasana hati penderita tampak
menggembirakan, dan bahkan berlebihan. Euphoria. Penderita
sangat mudah marah.
Episode campuran: penderita menunjukkan gejala kedua
episode (depresi dan manic) dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).
Pikiran
Episode Depresi: Penderita mempunyai pemikiran yang
mencerminkan kesedihan mereka. Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan
mereka mempunyai suatu istilah bahwa “ mereka bagaikan gelas yang separuh
kosong”. Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang bunuh
diri.
Episode Hipomanic: Penderita mempunyai pemikiran yang
optimis, berpikir ke depan dan mempunyai sikap yang positif.
Episode Manic: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat
opimis dan luas. Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat
membuat pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan
aktif.
Episode Campuran: Penderita dapat berubah secara cepat
antara depresi dan euforia dan meraka juga mudah marah.
Persepsi
Episode Depresi: Terdapat 2 format dari tipe depresi yang
dijelaskan. Dengan psikotik dan tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita
mempunyai khayalan dan halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati.
Penderita merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat
dalam.
Episode Hipomanic: Penderita tidak mengalami gangguan
persepsi.
Episode Manic: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini
mengalami halusinasi. Khayalan manic menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.
Episode Campuran: Penderita menunjukkan khayalan dan
halusinasi yang konsisten dengan depresi atau manic atau keduanya.
Bunuh Diri
Episode Depresi: Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi
pada penderita depresi. Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam
usaha bunuh diri.
Episode Hipomanic: Angka bunuh diri rendah.
Episode Manic: Angka bunuh diri rendah.
Episode Campuran: Pada tahap depresi pasien memiliki
resiko untuk bunuh diri.
Pembunuhan/Kekerasan
Episode Depresi: Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita
biasanya diikuti dengan bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya
merasa dunia sudah tidak berguna lagi untuknya dan untuk orang
terdekatnya/orang lain.
Episode Hipomanic: Penderita menunjukkan sifat mudah
marah dan agresif. Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain.
Episode Manic: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki
sifat sabar atau toleransi dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi
sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita
mempunyai suatu khayalan terhadap kesenangan penderita.
Episode Campuran: Penderita dapat menjadi sangat agresif
terutama dalam tahap manic.
Pengertian Diri/Insight
Episode Depresi: Depresi dapat mempengaruhi penilaian
seseorang mengenai dirinya sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan
tindakan yang penting sebab mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali
diri mereka sendiri. Meraka memeiliki sedikit pengertian terhadap
Episode Hipomanic: Biasanya penderita memiliki penegrtian
yang baik mengenai diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka
sangat produktif dan teliti, bukan sebagai hipomanic.
Episode Manic: Dalam tahap ini pengertian diri/insight
sangat lemah. Penderita tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai
kebutuhan, rencana dan perilaku mereka.
Episode Campuran: Pergeseran/perubahan dalam afek dapat
merusak pengertian pasien tentang dirinya dan bertentangan dengan insight
mereka.
Kognitif :
Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada
pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui
waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan
terbaru. Pada beberapa kasus hipomanic dan kadang hipomanic, kemampuan
penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. Pada dpresi dan manic
yang berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam berkonsentrasi dan
memusatkan perhatiannya.
1. Penentuan Kegawatdaruratan Penderita
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait
pada fase dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan
fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan
perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap.
Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati
sebagai pasien rawat jalan.
Pengobatan pasien rawat inap : indikasi
seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap adalah sebagai berikut :
§ Berbahaya
untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat
terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri
yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti, memerlukan
observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita
bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi
yang tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu, penderita dengan
manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan
yang hebat.
§ Berbahaya
bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa ornag lain,
contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa
dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya
untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.
§ Ketidakmampuan
total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga
orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang seperti
ini sendirian sanagt berbahaya dan tidak menyembuhkannya.
§ Tidak
dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode manic.
Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka
menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.
§ Kondisi
medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai
gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat psikotropik dapat
dimonitor dan diobservasi.
Rawat inap parsial atau program perawatan
sehari
• Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang
berat namun memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.
• Contohnya, penderita dengan depresi berat yang
berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat
memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan
interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari
keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli
terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera
kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi
penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan
hubungan interpersonal.
Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat
jalan memiliki 4 tujuan utama.
Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk
menanganinya. Stres ini bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila
terakumulasi, mereka mendorong penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini
merupakan bagian dari psikoterapi.
Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan
membuat perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan
mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan
pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka
untuk dirawat inap, namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena
itu, harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk
mau melanjutkan pengobatan.
Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang
peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju
dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu,
kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahnkan gejala penderita
dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di
masyarakat.
Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus
membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka
harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang
mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok
bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.
Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga
harus diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular,
diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
2. Terapi
Terapi Farmakologi
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan
bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang
tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur.
Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut
dan mood stabilization. Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT
digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya,
suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan
pencegahan.
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan
obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami
lebih sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood
penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi yang ekstrim.
Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut,
bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi bipolar untukmenstabilkan mood,
seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine.
Berdasarkan konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manic
akut adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood
stabilizing.
Terapi Non Farmakologi
Konsultasi.Suatu
konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila
penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.
Aktivitas.Penderita dengan fase
depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal
aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang
reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas
fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar
litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.
Edukasi Penderita.Pengobatan penderita gangguan bipolar
melibatkan edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan
tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem
disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini,
tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit,
namun juga kualitas hidupnya.
•Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus
jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan
pengobatan yang adekuat.
•Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara
memonitor penyakit terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan
gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah
pencegahan yang baik.
•Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian
yang penting dari perawatan dan edukasi.
•Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor.
Membantu identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan
aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga.
•Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang
kekambuhan dalam konteks gangguan.
•Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan
keluarga, terutama cerita tentang individu dengan MDI dapat membantu penderita
untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.
PENCEGAHAN
Pertama, medikasi seperti litium bertindak sebagai mood
stabilizers.
Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga
penderita. Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan adekuat
dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal yang penting.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri,
pembunuhan, dan adiksi.
PROGNOSA
Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita
depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita
mengalami serangan manic lain.
Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan
litium terhadap gejalanya. Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami
penyembuhan, 45 % penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami
gangguan yang menetap.
Seringkali perputaran episode depresif dan manic
berhubungan dengan usia.
Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk
antara lain : Riwayat kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran
psikotik; gambaran depresif diantara episode manic dan depresi; adanya bukti
keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki.
Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut :
fase manic (dalam durasi pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut;
pemikiran untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang rendah; masalah
kesehatan (organik) yang rendah.
PART II >>> Selesai
0 Response to "Gangguan Bipolar"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.