Aceh merupakan
negara agraris yang subur dan sangat cocok untuk ditanami baik untuk pertanian,
perkebunan maupun perladangan. Akan tetapi masa – masa sekarang ini, merupakan
masa sulit bagi bangsa Indonesia. Terutama dengan berbagai dampak yang diakibatkan
oleh berbagai krisis, baik krisis ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh karena
itu perlu diupayakan suatu usaha untuk meningkatkan perekonomian kita dengan
salah satu caranya yaitu meningkatkan produksi hasil pengolahan tanaman
perkebunan.
Melinjo (Gnetum
gnemon L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup banyak
terdapat di pulau Jawa. Seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, terutama
biji melinjo yang dapat diolah menjadi emping melinjo. Emping melinjo biasanya
disajikan untuk bahan camilan ketika masyarakat punya acara – acara tertentu
dan permintaan akan meningkat tajam terutama menjelang hari raya
keagamaan.
Selain memenuhi
kebutuhan dalam negeri emping melinjo juga merupakan komoditi ekspor yang cukup
besar dan memberikan sumber devisa yang cukup tinggi bagi negara. Negara yang
menjadi tujuan ekspor emping melinjo antara lain Singapura, Belanda, Timur
Tengah dan Malaysia. Usaha memenuhi
kebutuhan ekspor tersebut seringkali terganjal oleh tingginya tingkat pesanan (order)
tetapi kurang dapat diimbangi oleh pengrajin, dikarenakan proses pengolahannya
yang dilakukan secara manual (dengan menggunakan tangan). Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu usaha perbaikan agar tingkat produksi emping melinjo dapat
meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tanpa mengurangi
kualitas dari emping melinjo yang dihasilkan.
Dari deskripsi
diatas, penulis mencoba memberikan suatu solusi merancang suatu mekanisme alat
pengepres emping melinjo yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan tingkat
produksi emping melinjo dan membantu dalam usaha pemenuhan kebutuhan ekspor
emping melinjo. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Rancang Bangun Alat Pengepres Emping Melinjo
Kapasitas 5 kg / jam”.
Salah Satu Penghasilan Daerah
EMPING BEUREUNUEN
Sejak
dua pekan terakhir, permintaan emping melinjo di pusat perbelanjaan di Kota
Beureunuen, Pidie menurun. Menurunnya permintaan itu karena harga emping
tersebut kini naik dari Rp 35.000/Kg menjadi Rp 50.000/Kg.
“Untuk
emping meulinjo tipe A, saat ini kami menjual Rp 50.000/Kg, tipe B Rp 43.000.
Biasanya kami mampu menghabiskan emping Rp 800 Kg setiap hari, tapi sekarang
hanya terjual Rp 300 Kg setiap harinya,”kata Abdurrahman seorang pedagang di
Kota Beureunuen kepada Serambi Jumat (4/5). Ia menjelaskan, naiknya harga
emping meulinjo sejak dua pekan terakhir ini, akibat berkurangnya pasokan biji
melinjo dari masyarakat pedesaan yang tersebar di 23 kecamatan di Pidie. Tak
hanya itu, kata Abdurrahman, minimnya biji meulinjo menyebabkan stok emping di
tingkat pedagang di Kota Beureunuen juga berkurang.”Biasanya dalam menutupi
kekurangan emping, kami terpaksa membeli emping dari luar Aceh. Tapi, sekarang
tidak bisa begitu karena emping melinjo dari luar harganya pun tinggi, sehingga
kita bertahan dengan stok emping lokal yang tersedia,” kata Abdurrahman.
Emping
Melinjo Adalah suatu jenis makanan nymikan yangdibuat dari buah melinjo, emping
bukan merupakan maknan asing bagi ,masyarakat pidie. Proses pembuatan emping
sangat mudah dan sederhana, yaitu dengan menyangrai biji melinjo bersama pasir
dan kemudian dipukul sampai tipis. Peralatan yang dipergunakan juga sederhana,
yaitu yang biasa digunakan dirumah tangga.
Biasanya
emping dmelinjo dipasarkan dalam keadaan mentah maupun dapat dicampur dengan
udang untuk menambah rasa dan rupa yang telah digoreng.
0 Response to "Agribisnis Aceh (Sekilas)"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.