Definisi
Pneumotoraks adalah terdapatnya
udara bebas di dalam rongga pleura, yaitu rongga di antara pleura parietalis
dan viseralis. Dalam keadaan normal, rongga ini tidak terisi udara dan memiliki
tekanan negatif sebesar - 11 sampai - 12 cm air pada waktu inspirasi dan - 4
sampai - 8 cm air pada saat ekspirasi.1,3
Pada
penumotoraks, oleh karena terdapat udara bebas, maka tekanan di dalam rongga
pleura meningkat menjadi lebih positif dari tekanan normal dan bahkan dapat
melebihi tekanan atmosfir. Akibat peningkatan tekanan di dalam rongga pleura,
jaringan paru akan mengempis yang derajatnya tergantung pada besar kenaikan
tekanan, pengembangan jaringan paru sisi yang sehat terganggu, dan mediastinum
dengan semua isinya terdorong ke arah sisi sehat dengan segala akibatnya.1,3
Pleura adalah rongga yang terletak
di antara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.Secara umum
pneumothorax terjadi karena pecahnya selubung atau lapisan luar paru-paru
akibat tekanan di dalam dada atau intratorak yang sangat tinggi.
Etiologi
Pneumothorax disebabkan karena
robekan pleura atau terbukanya dinding dada. Dapat berupa pneumothorak yang
tertutup dan terbuka atau menegang(Tension Pneumothorak). Kurang lebih 75%
trauma tusuk pneumothorak disertai hemotorak.
Pneumothoraks menyebabkan paru
kollaps,baik sebagian maupun keseluruhan yang menyebabkan tergesernya isi
rongga dada ke sisi lain. Gejala sesak nafas progressif sampai sianosis gejala
syok.
Klasifikasi
Pneumothoraks lebih sering
terjadi pada penderita dewasa yag berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumothorax sering dijumpai pada
musim penyakit batuk.
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya:
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan
penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung
kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit
ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun.
Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari
penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis
kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada
dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul
(benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).
3. Pneumotoraks karena tekanan
Terjadi jika paru-paru mendapatkan
tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps.Tekanan yang
berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif
sehingga terjadi syok.
Pneumothoraks dapat juga dibagi atas:
Pneumothoraks Terbuka: Jika udara dapat keluar masuk dengan
bebas rongga pleura selama proses respirasi
Pneumothoraks Tertutup: Jika tidak ada pergerakan udara.
disini tidak terdapat aliran udara antara rongga pleura dengan bronkus atau
dunia luar karena fistel atau saluran sudah tertutup
Pneumothoraks Valvular/ventil : Jika udara
dapat masuk kedalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru
ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini dapat terjadi peningkatan tekanan
intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat maka dapat terjadi tension
pneumothoraks.atau dengan kata lain pada jenis ini udara dari
bronkus atau dunia luar dapat masuk ke dalam rongga pleura pada saat inspirasi,
tetapi tidak bisa keluar pada waktu ekspirasi karena terdapat fistel yang
bersifat sebagai katup. Makin lama volume dan tekanan udara di dalam rongga
pleura kian tinggi akibat penumpukan udara
Dari tiga jenis diatas, pneumoraks jenis ventil yang
paling berbahaya
Epidemiologi
Data epidemiologi berbeda-beda
berdasarkan jenis pneumothorax.
1. Pneumothoraks
spontan primer, sekunder dan rekuring:
Sangat
mungkin bahwa insidensi pneumothorax spontan primer dibawah perkiraan. Lebih
dari 10% pasien asimtomatik, dan yang memiliki gejala ringan sering tidak
berobat. Sering muncul pada grup usia 20-30 tahun, dengan insidensi tertinggi
pada umur 20-an awal. Jarang ditemukan pada individu diatas umur 40 tahun. Pria
memiliki insidensi 7,4-18 kasus per 100.000 orang per tahun dan pada
wanita1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun. Perbandingan antara pria dan
wanita adalah 6,2:1.
Pada
pneumothoraks spontan sekunder muncul lebih sering pada usai 60-65 tahun.
Insidensi antara 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk wanita dan
2per100.000 pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3,2:1.
Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyebab yang sering pada pneumothoraks
spontan sekunder dengan insidensi 26:100.000 kasus per tahun.
Hal-hal
yang dapat meningkatkan insidensi pneumothorax: merokok meningkatkan resiko 20
kali lipat pada pria dan 10 kali lipat pada wanita, meningkat setara dengan
jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Habitus tubuh pria kurus tinggi antara
umur 20-40 memiliki tingkat insidensi tertinggi.
2. Pneumothorax
traumatik
Tension
dan traumatik pneumothorax muncul lebih sering dari pada pneumothorax spontan,
dan meningkat oleh karena meningkatnya jumlah fasilitas perawatan intensif yang
semakin menambah jumlah penggunaan modalitas ventilator tekanan positif dan
penempatan kateter vena sentral yang meningkatkan potensial terjadinya
pneumothorax iatrogenic.
Insidensi
pneumothorax iatrogenic adalah antara 5-7:10.000 pasien rawat inap, dengan
pasien bedah thorax dieksklusikan karena merupakan outcome yang sering terjadi.
Pneumothorax
muncul pada 1-2% dari semua neonatus, dengan insidensi lebih tinggi pada bayi
dengan neonatal respiratory distres syndrome. Terdapat penelitian yang
melaporkan insidensi setinggi 19%.
3. Pneumothoraks
ventil
Pneumothorax
ventil adalah komplikasi pada 1-2% pasien pneumothorax spontan. Sampai akhir
abad ke-19 tuberkulosis merupakan etiologi terbanyak dari pneumothorax spontan,
1,4% penderita tuberkulosis mengalami pneumothorax.
Insidensi
pneumothoraks venitl sulit ditentukan, 10-30% pasien trauma di US menerima
thorachostomi, namun tidak semua benar-benar memiliki pneumothoraks ventil.
Angka tersebut tinggi oleh karena resiko misdiagnosa dapat mengakibatkan
kematian.
E. Patofisiologi Pneumothorak
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis
dan pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis terdapat
cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan.
Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada
intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2
tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan
intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi
tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada
cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada
intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi.
F. Tanda Dan
Gejala
Gejalanya sangat bervariasi,
tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan
luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin
nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk2,
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. 2,5,9
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. 2,5,9
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi) 2,5,9
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi) 2,5,9
Keluhan Subyektif :
1. Nyeri dada hebat yang tiba-tiba pada sisi paru terkena
khususnya pada saat bernafas dalam atau batuk.
2. Sesak, dapat sampai berat, kadang bisa hilang dalam 24
jam, apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kemabli
3. Mudah lelah pada saat beraktifitas maupun beristirahat.
4. waran kulit yang kebiruan disebabkan karna kurangnya
oksigen (cyanosis) 2,5,9
G. Diagnostik
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
:
a. Dapat
terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)
b. Pada
waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea
dan jantung terdorong ke sisi yang sehat1,5
2. Palpasi
:
a. Pada
sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus
jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus
suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit1,5
3. Perkusi
:
a. Suara
ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar
b. Batas
jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi1,5
4. Auskultasi
:
a. Pada
bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
b. Suara
vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif1,5
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto
Rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada
foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain (6): 3,6,7
a. Bagian
pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis
yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru. 3,6,7
b. Paru
yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di
daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar
kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan. 3,6,7
c. Jantung
dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar,
diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau
trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks
ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.3,6,7
d. Pada
pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai berikut : 3,6,7
1) Pneumomediastinum,
terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke
apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus,
sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum. 3,6,7
2) Emfisema
subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya
merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di
mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah
ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka
dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan
belakang. 3,6,7
3) Bila
disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak permukaan
cairan sebagai garis datar di atas diafragma. 3,6,7
2. Analisa
Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat
memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak
diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan
meningkatkan mortalitas sebesar 10%.3,6,7
3. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk
membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara
dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks
spontan primer dan sekunder. 3,6,7
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara lain dengan
melakukan :2,5,6
1.
Tindakan
medis
Tindakan
observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap udara dan
mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada pneumothoraks
tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan utama yang
harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut
yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar. 2,5,6
2.
Tindakan
dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara
:
a. Menusukan
jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan
udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara
yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi negatif karena
udara yang keluar melalui jarum tersebut. 2,5,6
b. Membuat
hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.
- Dapat memakai infus set
- Jarum abbocath
- Pipa WSD ( Water
Sealed Drainage )
Pipa khusus (thoraks kateter)
steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar atau
dengan bantuan klem penjepit (pean). Pemasukan pipa plastik(thoraks kateter )
dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari
sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain
itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya
ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm
dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui
tekanan tersebut. Penghisapan dilakukan terus – menerus apabila tekanan
intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan
negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan
segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis. Apabila
paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi,
drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit
atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain
dicabut. 2,5,6
3. Tindakan
bedah
1.
Dengan pembukaan dinding thoraks
melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit. 2,5,6
2.
Pada pembedahan, apabila dijumpai
adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka
dilakukan pengelupasan atau dekortisasi. 2,5,6
3.
Dilakukan reseksi bila ada bagian
paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru
tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali. 2,5,6
4.
Pilihan terakhir dilakukan
pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel. 2,5,6
Pengobatan tambahan :
Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan
tambahan ditujukan terhadap penyebabnya ; 2,5,6
· Terhadap
proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
· Untuk
mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan ringan
ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat perlu
mengejan terlalu keras. 2,5,6
Istirahat total
· Penderita
dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin
terlalu keras, mengejan. 2,5,6
J. Pencegahan Pneumothoraks
1.
Pada penderita PPOM, berikanlah
pengobatan dengan sebaik-baiknya, terutama bila penderita batuk, pemberian
bronkodilator anti tusif ringan sering sering dilakukan dan penderita
dianjurkan kalau batuk jangan keras-keras. Juga penderita tidak boleh mengangkat
benda-benda berat atau mengejan terlalu kuat.4,7
2.
Penderita TB paru, harus diobati
dengan baik sampai tuntas. Lebih baik lagi bila penderita TB masih dalam tahap
lesi minimal, sehingga penyembuhan dapat sempurna tanpa meninggalkan cacat yang
berarti. 4,7
Rehabilitasi:
o Penderita yang telah sembuh dari pneumothoraks harus
dilakukan pengobatan secara baik untuk penyakit dasar.
o Untuk sementara waktu ( dalam beberapa minggu ), penderita
dilarang mengejan, mengangkat barang berat, batuk atau bersin yang
terlalu keras.
o Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian anti
tusif, berilah laksan ringan.
o Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada
keluhan batuk atau sesak nafas. 4,7
K. Komplikasi Pneumothoraks
1. Tension
Pneumothoraks: komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura
meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain
dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada
terlihat mediastinum terdorong dan diafragma pada sakit tertekan kebawah(1).
Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus
segera ditangani kalu tidak akan berakibat fatal.5,7
2. Piopneumothoraks:
Berarti terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara bersamaan pada satu
sisi paru. 5,7
3. Hidro-pneumothoraks/Hemo-pneumothoraks:
Pada kurang lebih 25% penderita pneumothoraks ditemukan juga sedikit cairan
dalam pleuranya. Cairan ini biasanya bersifat serosa, serosanguinea atau
kemerahan (berdarah). Hidrothorak dapat timbul dengan cepat setelah terjadinya
pneumothoraks pada kasus-kasus trauma/perdarahan intrapleura atau perforasi
esofagus (cairan lambung masung kedalam rongga pleura). 5,7
4. Pneumomediastinum
dan emfisema subkutan: Pneumomediastinum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
foto dada. Insidensinya adalah 1% dari seluruh pneumothoraks. Kelainan ini
dimulai robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium paru dan kemungkinan
didikuti oleh pergerakan udara yang progresif kearah mediastinum (menimbulkan
pneumomediastinum) dan kearah lapisan fasia otot-otot leher (menimbulkan
emfisema subkutan)
5. Pneumothoraks
simultan bilateral: Pneumothoraks yang terjadi pada kedua paru secara serentak
ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumothoraks. Keadaan ini timbul sebagai
lanjutan pneumomediastinum yang secara sekunder berasal dari emfisem jaringan
interstitiel paru. Sebab lain bisa juga dari emfisem mediastinum yang berasal
dari perforasi esofagus.
6. Pneumothoraks
kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula bronko-pleura
tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula bronkopleura ini
adalah 5 % dari seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara lain adanya
perlengketan pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka, adanya fistula
bronkopelura yang melalui bulla atau kista, adanya fistula bronko-pleura yang
melalui lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau tuberkuloma.
LPrognosis
Prognosis
pneumotoraks dipengaruhi oleh kecepatan penanganan dan kelainan yang mendasari
timbulnya pneumotoraks. Hampir semua penderita dapat diselamatkan jika
penanganan dapat dilakukan secara dini. Sekitar separuh kasus pneumotoraks
spontan akan mengalami kekambuhan. Tidak ditemukan komplikasi jangka panjang setelah
tindakan penanganan yang berhasil.
0 Response to "Pneumotorak Adalah"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.