Mengapa bahan
pangan mengalami kerusakan?
Hasil pertanian
setelah dipanen atau disembelih jika dibiarkan di udara terbuka pada suhu kamar
atau dibiarkan tanpa perlakuan, maka lama kelamaan akan mengalami
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh pengaruh mekanis, fisik, kimia,
biologis dan mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut kemungkinan dapat
mengakibatkan kerusakan atau pembusukan, terutama pada saat panen melimpah.
Apakah yang
dimaksud dengan kerusakan pangan ?
Kerusakan pangan
sukar didefinisikan secara tegas karena sifatnya relatif. Misalnya bila
ditinjau dari segi selera, bahan makanan yang dianggap oleh sebagian orang
telah rusak, malahan oleh orang lain dianggap enak. Setiap orang sulit
membedakan jenis kerusakan yang bagaimana yang bisa membahayakan terhadap
kesehatan tubuh. Belum tentu makanan yang dianggap rusak mempengaruhi
kesehatan, paling-paling nilai estetikanya atau niulai gizinya berkurang.
Terjadinya
pememaran pada buah-buahan , daun kangkung atau bayam menjadi layu misalnya
merupakan tanda terjadinya kerusakan; demikian pula pada bahan makanan yang
digoreng menjadi gosong karena pemanasan yang terlalu lama menunjukkan adanya
kerusakan. Dari beberapa pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan,
bahwa suatu bahan dikatakan rusak bila “ menunjukkan adanya penyimpangan yang
melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh pancaindera atau
parameter lain yang digunakan “.
Kerusakan pangan
dapat ditinjau berdasarkan nilai gizi, estetika dan keracunan. Kerusakan nilai
gizi misalnya kerusakan vitamin B1 atau riboflavin dalam susu yang dibiarkan di
udara terbuka, langsung kena sinar matahari atau sinar buatan. Kehilangan
riboflavin ini dapat dicegah bila susu disimpan pada suhu rendah dan terlindung
dari cahaya/ sinar. Daun sawi yang telah layu, buah-buahan dan sayur-sayuran
yang warnanya pucat meskipun tidak berbahaya pada/bagi kesehatan, tetapi secara
estetika dianggap rusak karena kenampakannya kurang bagus. Kerusakan yang
menimbulkan masalah serius ialah terjadinya keracunan pada makanan.
Bagaimana ketahanan
bahan pangan terhadap kerusakan ?
Bahan makanan secara
alami akan mengalami kerusakan, hanya ketahanannya berbeda-beda tergantung
jenis makanannya. Berdasarkan ketahanannya terhadap kerusakan, bahan makanan
dikelompokkan menjadi:
1. Makanan yang
stabil atau tidak mudah rusak
Jenis makanan ini
dapat tahan dalam waktu lama.
Contohnya :
serealia, kacang-kacangan
2. Makanan yang
agak mudah rusak.
Jenis makanan ini
ketahanan simpannya terbatas.
Contohnya : bawang
merah, wortel, cabai merah, dll.
3. Makanan yang
mudah rusak.
Jenis makanan ini
mudah rusak bila tidak diawetkan.
Contoh : daging, susu,
ikan, buah-buahan berair banyak, dll
Sesungguhnya bahan
pangan sebelum dipanen dan ditangani manusia sifatnya relatif steril, karena
mempunyai pelindung yang bersifat alami; misalnya kulit telur yang melindungi
isi telur atau kulit buah yang melindungi daging buah. Begitu bahan pangan
dipetik atau diperah atau disembelih, sifat kesterilan tersebut hilang karena
bahan pangan mulai mengalami kontak dengan manusia dan lingkungan di
sekelilingnya.
Mikroba yang
mencemari bahan pangan akan segera tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, dan
mulai menimbulkan kebusukan pada bahan pangan jika bahan pangan tersebut tidak
segera dimasak atau diawetkan. Untuk melakukan usaha-usaha pengawetan, perlu
dipertimbangkan jenis-jenis kerusakan yang bisa terjadi pada bahan pangan,
kemudian memilih cara-cara yang diinginkan; sedangkan untuk memahami
kerusakankerusakan bahan hasil pertanian atau bahan pangan perlu diketahui
faktor-faktor penyebabnya.
Apakah penyebab
utama kerusakan pangan?
Penyebab utama
kerusakan pangan adalah :
1. Pertumbuhan dan
aktivitas mikoorganisme
2. Enzim
3. Hama ( serangga,
parasit, dan binatang mengerat)
4. Suhu, baik suhu
tinggi maupun suhu rendah
5. Air
6. Udara, khususnya
oksigen
7. Cahaya/sinar
8. Waktu
penyimpanan
0 Response to "Kerusakan Bahan Pangan"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.