Pengertian Depresi
Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, klien tidak berminat pada pemeliharaan
Diri dan aktivitas sehari-hari.
Etiologi Depresi
Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi:
1. Berbagai penyakit fisik
2. Faktor psikis
3. Faktor sosial dan lingkungan
4. Faktor obat
5. Faktor usia
6. Faktor genetik
Depresi Sebagai Bagian dari Gangguan Alam Perasaan
Kelainan fundamental dan kelompok gangguan alam perasaan yang membedakan dengan kelompok gangguan kejiwaan lainnya adalah adanya perubahan suasana perasaan (mood), biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi. Perubahan efek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktifitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.
Tabel 2.3 Klasifikasi Gangguan Perasaan (mood)
Kode | Jenis Gangguan Suasana Perasaan (mood) |
F.32. | Episode depresi |
F.32.0 | Episode depresi ringan |
F.32.00 | Tanpa gejala somatik |
F.32.01 | Dengan gejala somatik |
F.32.1 | Episode depresi sedang |
F.32.10 | Tanpa gejala somatik |
F.32.11 | Dengan gejala somatik |
F.32.2 | Episode depresi berat tanpa gejala psikotik |
F.32.3 | Episode depresi berat dengan gejala psikotik |
F.32.8 | Episode depresi lainnya |
F.32.9 | Episode depresi yang tidak tergolongkan (unspecified) |
F.33 | Gangguan depresi berulang |
F.33.0 | Gangguan depresi berulang, episode kini ringan |
F.33.00 | Tanpa gejala somatik |
F.33.01 | Dengan gejala somatik |
F.33.1 | Gangguan depresi berulang, episode kini sedang |
F.33.01 | Tanpa gejala somatik |
F.33.11 | Dengan gejala somatik |
F.33.2 | Gangguan depresi berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik |
F.33.3 | Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik |
F.33.4 | Gangguan depresi berulang, kini di atas remisi |
F.33.8 | Gangguan depresi berulang lainnya |
F.33.9 | Gangguan depresi berulang yang tidak tergolongkan (unspecified) |
Gejala dan Penegakan Diagnosis Depresi
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejaa yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang. Sebagaimana tersebut berikut ini :
1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala penyerta lainnya:
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).
1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
3) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ad
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Depresi sebagai Bagian dari Reaksi Kehilangan
Murray (1991) menyatakan bahwa kehilangan, berpisah dengan barang, orang, status, sesuatu yang dicintainya, atau tempat dimana ia berada adalah faktor pencetus terjadinya depresi. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau aktual ataupun yang dirasakan sementara ataupun menetap.
E. Kubler Ross (1998), menyatakan bahwa reaksi kehilangan ada 5 tahap, yaitu :
1. Deniel
2. Anger
3. Bergaining
4. Depresi
5. Accpetance
Istrumen Pemeriksaan Tingkat Depresi
Menurut Mengel dan Scwibert (2001), hingga saat ini belum ada preparat biokimia yang handal untuk pemeriksaan depresi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat depresi seseorang.
Tingkat depresi dibagi menjadi empat tingkatan (Beck Depression Inventory):
1. Skor <11 = Tidak ada depresi
2. Skor 11-15 = Depresi ringan
3. Skor 16-25 = Depresi sedang
4. Skor > 25 = Depresi berar
Depresi kerap disamakan dengan kesedihan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tidak dianggap penyakit, apalagi gangguan jiwa. Bahkan, di lingkungan budaya tertentu, depresi dianggap sebagai kelemahan kepribadian atau karakter. Kuatnya pengaruh budaya dan kepercayaan mendorong masyarakat mencari pertolongan atas depresi yang diderita lewat paranormal atau pengobatan tradisional. Karena ketidaktahuan masyarakat itulah, muncul sejumlah mitos dan konsepsi keliru mengenai depresi. Beberapa mitos menyebut: depresi dapat di atasi sendiri, depresi dianggap lemah pikiran dan mental, atau pasien depresi dianggap melakukan suatu dosa. Semua itu tentu tidak benar. Yang pasti, depresi siapapun penderitanya dapat memengaruhi suasana hati, kondisi fisik, dan pikiran Anda. Perasaan itu bisa sedemikian kuat sehingga kehidupan Anda sehari-hari terganggu. Depresi juga bisa membuat Anda merasa bersalah dan merasa tidak berguna meski Anda telah melakukan apa saja yang menurut Anda terbaik. Gara-gara depresi, Anda pun mungkin tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya Anda sukai. Karena depresi pula, energi Anda terkuras sehingga tubuh merasa letih dan lelah. Dan yang paling parah, depresi juga bisa menggiring seseorang melakukan bunuh diri. Semua gejala depresi itu muncul akibat ketidakseimbangan neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) seperti serotonin, (neurotransmitter yang mengatur perasaan), norepinefrin (neurotransmitter yang mengatur energi interest), dan dopamine (neotransmitter yang mengatur minat) di berbagai bagian otak kita. Depresi tidak mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku, maupun ras. Sementara faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab depresi adalah genetik (keturunan), biologis, kepribadian, dan psikosial. Sebuah studi menunjukkan, anak kandung dari orangtua yang menderita depresi berisiko lebih tinggi mengalami depresi walaupun diasuh oleh orangtua angkat yang tidak depresi. Depresi merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban distabilitas. Depresi dapat meningkatkan morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), risiko bunuh diri, serta berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarga. Sayangnya, sampai saat ini depresi masih belum dapat dipahami secara baik oleh masyarakat. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan, pasien dengan gangguan depresi merasakan adanya keluhan fisik dan gangguan mental. Mengutip hasil studi mengenai hubungan depresi dan gejala somatik yang dilakukan Simon GE pada 1999, dikatakan, sebanyak 69 persen pasien dengan gangguan depresi mengemukakan keluhan fisik. Keluhan fisik dan gangguan mental bisa datang pada saat bersamaan. Keadaan ini akan memperburuk prognosis. ''''Mereka yang mengalami penyakit fisik berisiko mengalami gangguan mental 3,5 kali lebih besar daripada mereka yang sehat,'''' Makin berat penyakit fisik makin besar pula kemungkinan untuk mengalami gangguan mental. Penyakit fisik yang paling sering menjadi pencetus gangguan mental adalah penyakit neurologik, jantung, paru-paru kronis, kanker, cacat fisik, dan arthritis (radang sendi). Sedangkan gangguan mental yang paling sering terjadi adalah kecemasan dan depresi. Terapi Penderita depresi perlu melakukan terapi secara tepat. Hal ini untuk menghindari konsekuensi bila tidak mencapai kesembuhan. Konsekuensi yang dimaksud yaitu: kendala psikososial berkepanjangan, memperburuk prognosis, menambah beban pelayanan medis, meningkatnya risiko bunuh diri dan penyalahgunaan zat, serta meningkatnya risiko kekambuhan. Adapun tujuan terapi depresi adalah meningkatkan kualitas hidup, mengurangi atau menghilangkan gejala, mengembalikan peran dan fungsi, mengurangi risiko kekambuhan, serta mengurangi risiko kecacatan atau kematian. Namun, ada faktor yang memengaruhi hasil terapi, yakni pasien, masyarakat, dokter, dan obat. Pada pasien biasanya berupa ketidakpatuhan karena berbagai sebh satunya tidak peduli. Pada masyarakat atau lingkungan adalah karena mitos, kepercayaan, dan stigma. Dokter juga bisa memberi pengaruh yang tidak baik pada hasil terapi, misalnya jika dokter kurang mengenali gejala depresi. Sedangkan pada obat, biasanya menyangkut efektivitas, efek samping, kemudahan, dan harga. Khusus mengenai obat, penderita depresi sebaiknya menggunakan obat antidepresan serotonin nor epinefrin reuptake inhibitor (SNRI). Mengapa SNRI? Sebab, obat ini mampu bekerja ganda yakni menghambat reuptake serotonin dan nor epinephrine. Penelitian oleh Wyeth Pharmaceutical menunjukkan, golongan obat SNRI dapat mempertahankan keseimbangan sejumlah zat kimia dalam otak yakni serotonin dan norepinefrin, sehingga mencegah kekambuhan dan dan berulangnya depresi. Obat ini juga bekerja dengan cepat. Dengan dosis sekali sehari, efeknya telah dapat dirasakan oleh pasien setelah empat hari penggunaan. bur Jangan Berdiam Diri Banyak hal bisa membuat seseorang merasa cemas, stres, dan akhirnya jatuh ke jurang depresi. Jika suatu kali Anda pun merasakan gejala-gejala depresi, jangan berdiam diri. Segeralah bertindak untuk menolong diri Anda sendiri. Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut mudah-mudahan bisa membantu Anda. * Bersikaplah realistis, jangan terlalu idealis. * Kalau Anda punya tugas atau pekerjaan yang menggunung, bagilah tugas-tugas itu dan buat prioritas. Lakukan tugas yang memang bisa Anda kerjakan. * Jika punya masalah, jangan pendam sendiri. Cobalah ''curhat'' pada orang yang Anda percayai. Biasanya, hal ini akan membuat perasaan lebih nyaman dan ringan. * Cobalah ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bisa membuat hati Anda senang, semisal berolahraga, nonton film, atau ikut dalam aktivitas sosial. * Berusahalah untuk selalu berpikir positif. * Jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan pada keluarga atau teman-teman.
0 Response to "Depresi Adalah"
Post a Comment
Komentar jangan menautkan link aktif (akan di apus).
Jangan rasis, SARA dan mencaci.
Berkomentar dengan bijak dan sopan.